mouse

Multicursor - Busy

Selasa, 02 Mei 2023

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1

 


  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”.

Dengan filosofi tersebut sangat memberikan pengaruh kepada pengambilan keputusan seorang pemimpin. Dimana Ing ngarso sung tulodo seorang pemimpin harus memberikan contoh dengan berperilaku yang baik atau mengandung kebaikan universal, agar saat menentukan kebijakan dapat diterima semua kalangan. Sedangkan ing madya mangun karsa pemimpin ditengah wajib memberikan motivasi dengan memberikan opsi-opsi yang menarik dalam penanganan kasus sekaligus solutif agar lebih kreatif dalam mengenali nilai-nilai yang bertentangan. Sedangkan di belakang memberikan dukungan, maka pemimpin setelah mengambil kebijakan dapat memberikan sarana prasarana yang mendukung, bahkan solusi yang mudah dijalankan oleh semua pihak dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Seorang guru tentu harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik. dalam nilai tersebut terdapat nilai kebajikan universal atau nilai yang diakui oleh semua golongan tanpa terkecuali. nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang guru, agar dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. nilai baik tersebut diantaranya adalah sikap kolaboratif, dimana sikap ini sangat diperlukan pada saat pengambilan keputusan  tidak boleh memihak sebelah. pengambilan keputusan, juga harus dikomunikasikan, dan dikoordinasikan sehingga membutuhkan sikap kolaboratif yang baik dari seorang guru itu sendiri.

Nilai lain yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah inovatif dan kreatif, dimana nilai ini sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan, agar mudah menelaah nilai-nilai yang bertentangan antara yang benar satu dengan yang benar lainnya, atau bahkan sekedar bujukan moral. dengan menjadi guru yang inovatif akan dapat memunculkan ide-ide baru dalam pemecahan berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang lebih berpusat kepada peserta didik.

Nilai selanjutnya adalah berkaitan dengan kemandirian, seorang guru yang mandiri akan memiliki inisiatif sendiri, dan mendorong pribadinya memiliki prakarsa perubahan.  Sehingga dalam pengambilan keputusan akan lebih menitik beratkan kepada kemaslahatan, dan kebaikan maupun keterimaan semua pihak. sikap reflektif juga Seharusnya dimiliki dalam setiap pengambilan keputusan, karena sikap ini menjadi bagian dalam memperbaiki setiap pengambilan keputusan. dan pengalaman yang telah lalu akan menjadi guru terbaik untuk pengalaman berikutnya.

Kesadaran sosial emosional juga tidak kalah penting dalam membangun relasi di sekolah dan mewujudkan pembelajaran berpusat kepada peserta didik. karena dengan kesadaran ini seorang guru akan memiliki kecerdasan intrapersonal dan kepekaan dalam memandang suatu masalah. sehingga dalam setiap pengambilan keputusan dia tidak hanya melihat dari cara pandangnya sendiri tetapi juga dari cara pandang orang lain.

Bagian nilai yang baik dari dalam diri saya,  yaitu ketajaman berpikir,  dan ketegasan dalam pengambilan keputusan. karena hal tersebut sangat mempengaruhi diri saya dalam mengambil sebuah tindakan apakah menggunakan prinsip kepedulian, atau hasil akhir, dan bahkan berbasis peraturan.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting untuk menggali masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah kita sendiri maupun orang lain. Melalui langkah-langkah pembinaan TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah yang sebenarnya terjadi dan terlibat dalam pemecahan masalah secara sistematis.  Filosofi pembinaan TIRTA dipadukan dengan filosofi sembilan langkah membuat dan menguji keputusan, sebagai evaluasi atas keputusan yang kita buat, sangat ideal.

Maka dengan kegiatan  dapat membantu saya dalam memandu pengambilan keputusan dan bahkan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi Dilema etika maupun bujukan moral yang sangat membingungkan. dengan sikap kemitraan pikiran, terbuka, mendengarkan penuh, akan dapat membantu saya dalam menentukan siapa yang terlibat dalam sebuah situasi, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan uji benar salah sehingga saya akan dapat menentukan paradigma mana yang terjadi dalam situasi yang sedang dihadapi selanjutnya akan memudahkan saya dalam mengambil sebuah keputusan yang lebih akurat dan bisa diterima oleh semua pihak.

Bimbingan yang diberikan oleh pengajar praktik dan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang saya buat. Apakah keputusan ini menguntungkan murid, apakah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, dan dapatkah saya bertanggung jawab atas keputusan saya?

Bimbingan yang diberikan mengajar praktik maupun fasilitator sungguh sangat membantu saya dalam melatih menentukan keputusan yang terbaik melalui langkah-langkah yang lebih bijak, dan lebih Arif untuk dapat diambil.  meskipun terkadang terdapat dalam situasi yang Dilema etika.  karena dengan langkah-langkah tersebut, kita yang terjebak di dalam situasi yang seolah-olah terlalu mendewakan aspek moral, sehingga mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil, dan kurang melihat peluang maupun potensi yang lebih besar yang sesungguhnya justru ada di hadapan kita.  sehingga kita tidak bisa mengenali masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi. dengan berlatih mengevaluasi keputusan yang saya buat, sering melakukan refleksi maka akan membuat ketajaman berpikir, dan lebih banyak berpikir tentang hakikat pengambilan keputusan sesungguhnya adalah untuk kepentingan terbaik murid.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kesadaran emosional seorang guru, akan membuatnya berpikir yang lebih baik, atau dengan kata lain memiliki kesadaran tinggi, dan manajemen diri yang baik. dengan manajemen diri yang baik,  seorang guru dapat lebih tenang dalam menganalisis permasalahan yang sedang dihadapi. ketenangan tersebut memudahkan seorang guru, lebih akurat dalam menentukan pengambilan keputusan. sedangkan kesadaran sosial, guru akan memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik dalam hubungannya dengan pihak-pihak yang terlibat. Sehingga dalam pengambilan keputusan ia mudah melakukan komunikasi dan koordinasi,  sehingga memperbanyak alternatif pemecahan masalah, dan memperbanyak tindakan kreatif, dan tentunya lebih mengedepankan musyawarah, dan dengan pemikiran yang lebih terbuka

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, Yang pertama kali dilakukan adalah Bagaimana mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.  nilai-nilai tersebut dapat kita identifikasi karena kita sendiri telah memiliki nilai-nilai pribadi yang telah dianut sebelumnya.  yang selanjutnya dari dalam pikiran dan hati kita akan memastikan bahwa masalah yang sedang kita hadapi betul betul berhubungan dengan aspek nilai yang telah dimiliki sebelumnya.  selanjutnya akan kita sinkronkan, atau kita hubungkan dengan situasi yang relevan. Meskipun terkadang perasaan kita, dan intuisi mempertanyakan Apakah hal tersebut sejalan atau berlawanan dengan nilai yang telah kita yakini, sehingga meskipun seseorang, telah dapat mengidentifikasi suatu kasus tertentu, Namun sesungguhnya ia masih memerlukan berbagai uji yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

Disadari atau tidak, seorang pendidik akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya ketika dihadapkan pada kasus yang menitikberatkan pada masalah moral dan etika. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi mempengaruhi keputusannya. Jika nilai-nilai yang dipegangnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambilnya akan tepat dan benar dan dapat dijelaskan begitu pula sebaliknya jika nilai-nilai yang dipegangnya tidak sejalan dengan prinsip moral, agama dan norma maka keputusan tersebut dia membuat Keputusan lebih cenderung benar secara pribadi daripada menurut harapan mayoritas. Kita tahu bahwa nilai-nilai yang diusung oleh guru penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Nilai-nilai ini akan mendorong guru untuk membuat keputusan yang tepat tentang masalah moral atau etika, mengoreksi dan meminimalkan kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak terutama murid.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat menurut saya adalah karena dia telah lolos berbagai uji benar atau salah, seperti uji legal standar profesional, uji intuisi uji publikasi, dan uji panutan atau idola. selanjutnya pengambilan keputusan yang tepat tersebut telah teridentifikasi pengujian paradigma dan relevan dengan berbagai situasi yang ada, serta kecil resiko dalam membahayakan atau merugikan pihak yang sedang menghadapi situasi atau masalah tersebut. sekaligus memiliki hasil akhir yang shahih, tidak bertentangan dengan aturan dan masih mementingkan kepedulian, dan hak orang yang menghadapi kesulitan.  sehingga pertimbangan tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang lebih positif, kondusif aman, dan nyaman. meskipun sesungguhnya tidak ada keputusan yang benar-benar akurat,  karena terkadang sudah sesuai aturan tapi sulit untuk dijalankan, terkadang hasil akhirnya bagus, tetapi ada pihak yang sedikit dirugikan, atau bahkan memberikan kepedulian yang lebih tetapi kurang bersikap adil.  sehingga keputusan yang tepat tersebut,  sesungguhnya Keputusan yang telah disepakati bersama,  dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai kebajikan universal.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus Dilema etika,  diantaranya adalah sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama,  sehingga jika peraturan tegas diterapkan maka seolah terlalu mengedepankan ego dan kurang memiliki kepedulian atau kesetiaan terhadap sesama. Sehingga kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan,  jika seseorang melaksanakan peraturan dengan tegas, maka lingkungan tidak akan mudah menerima, sehingga memunculkan paradigma baru, bahwa toleransi dan kepedulian lebih tinggi daripada mentaati peraturan yang lebih tegas.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Merdeka belajar adalah tujuan akhir dari belajar kita. Merdeka belajar berarti peserta didik bebas mewujudkan kodratnya (mengembangkan potensinya), dengan tetap menyesuaikan diri dengan kodrat zamannya, tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Murid juga dapat mencapai kebahagiaan sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga keputusan tetap dibuat dengan mengacu pada kebahagiaan dan potensi yang dimiliki murid yaitu strategi pembelajaran berdiferensiasi dan KSE.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran, harus memiliki perspektif atau nilai dalam dirinya yaitu sikap inovatif, kolaboratif, agar ia lebih cenderung dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. dengan begitu akan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. karena di sekolah Sesibuk apapun seorang guru dengan tanggungan administrasi yang wajib diselesaikan, namun Ia tetap dapat mengatur waktunya untuk membimbing murid sebagai amanah dari pekerjaannya.  Selain itu, ia senantiasa senang memperbaiki Setiap kegiatan pembelajarannya, dan lebih memahami gaya belajar siswa, kesiapan belajar siswa, bahkan minat dan bakat siswa, agar semakin memiliki inisiatif dengan memanfaatkan kearifan lokal yang ada, dan berbagai sumber belajar di sekitar lingkungan di mana peserta didik,  dapat mudah mengakses, dengan cara mereka sendiri, dan lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Seorang guru adalah pemimpin dalam pembelajaran dan juga diibaratkan sebagai pembimbing. Pembimbing diibaratkan sebagai petani yang menabur benih. Benih ini dapat tumbuh subur jika dirawat dengan baik. Seperti murid, guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi siswa, seperti petani menabur benih untuk mendapatkan hasil yang baik, sehingga setiap keputusan guru tetap mempengaruhi masa depan murid.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

       Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-    modul sebelumnya adalah :

  • Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

  • Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfulness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila.

  • Dalam perjalanannya menuju profil pelajar Pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Konsep dilema etika dan bujukan moral merupakan konsep pragmatis yang penerapannya pada pengambilan keputusan terkait dengan kepemimpinan berbasis kebajikan. Dalam penerapannya, membedakan kedua hal ini membutuhkan kehati-hatian, kejelasan, dan ketelitian.

Identifikasi mendalam ditujukan pada 4 paradigma masalah, 3 prinsip pemecahan masalah dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Hal yang tidak sadar ternyata hal-hal tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun belum optimal dan sistematis sehingga terkadang masih terdapat konflik dalam pelaksanaannya.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini sayap juga pernah menerapkan sebuah pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema.  dalam pengambilan keputusan yang telah saya buat saya lebih banyak mengambil keputusan berbasis kepedulian karena paradigma yang terbentuk di sekolah saya selama ini adalah kecenderungannya lebih memperhatikan dan memperdulikan orang lain dengan menjunjung tinggi saling menghormati antar sesama. meskipun terkadang sesuai dengan aturan sesungguhnya tidak adil, dan kurang sesuai dengan aturan. sehingga Setelah mempelajari modul ini saya akan dapat mengambil sebuah keputusan yang lebih menguntungkan kepada semua pihak dengan mempertimbangkan banyak faktor, melakukan diskusi yang lebih memberdayakan, dan membuka peluang, sebagai tindakan kolaboratif, reflektif, agar paradigma yang tercipta di sekolah saya akan berubah. karena sesungguhnya hakikat dalam penyelesaian sebuah masalah, lebih cenderung kepada mengutamakan keberpihakan terhadap murid. 

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Materi ini sungguh sangat luar biasa, saya senang mendapatkan materi ini, agar kedepan saya dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang dapat menentukan keputusan yang lebih berpusat kepada peserta didik. Dengan mempelajari modul 3.1 ini, sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran, saya merasa lebih berdaya untuk membuat keputusan berdasarkan dilema moral atau bujukan moral. Dengan demikian keputusan yang diambil dapat dijelaskan dan tidak salah langkah serta tidak merugikan orang lain. Selain itu, saya harus memiliki keterampilan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang baik dan mampu melakukan tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan mereka yang berkuasa atau pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jika ada pertanyaan seberapa penting itu, saya akan mengatakan sangat penting. Ini karena modul 3.1 sangat membantu saya mengambil keputusan dalam situasi dilema etika. Dalam materi ini saya diharapkan dapat belajar dalam menganalisis sebuah situasi dilema etika atau bujukan moral yang saya hadapi. Sebagai seorang guru atau pemimpin pembelajaran di sekolah, saya sekarang dapat membuat keputusan yang baik dan efektif serta menghindari keputusan yang ceroboh atau berbahaya bagi banyak orang. Sebelum saya mendapatkan pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Tetapi sekarang saya memiliki lebih banyak bantuan dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri untuk menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan untuk memutuskan semua dilema etika dan kasus bujukan moral. Saya merasa lebih percaya diri membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan modul 3.1 dengan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.