mouse

Multicursor - Busy

Sabtu, 25 Oktober 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya sendiri dari ketidak tahuan kemudian menjadi tahu, dari ketidak jelasan menjadi jelas dan tentunya dalam sebuah proses pembelajaran itu tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh yang negative maupun pengaruh yang positive yang dapat menghambat sebuah proses pembelajaran itu sendiri. adapun makalah kami disini yang menyinggung masalah factor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam sebuah proses belajar.
1.2 Rumusan Masalah
            a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
            b. Aspek apa saja yang termasuk dalam faktor internal serta eksternal ?
            c. Bagaimana penjelasan mengenai faktor pendekatan belajar ?                   
1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengatahui  apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
2.      Untuk mengatahui  aspek apa saja yang termasuk dalam faktor internal serta eksternal?
3.      Untuk mengatahui  bagaimana penjelasan mengenai faktor pendekatan belajar?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapa dibedakan menjadi tiga macam yakni,
1)      Faktor internal (faktor dari dalam siswa ), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa
2)      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3)      Faktor pendekatan belajar yakni, jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berikut penjelasan mengenai faktor ketiganya:
A)    Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi: dua aspek yakni, aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a.       Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmaniah dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memepengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahan kondisi tubuhnya agar tetap bugar siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan untuk pola hidup sehat dengan istirahat yang cukup. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan dalam kelas.[1]
b.      Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pelajaran siswa. Diantaranya factor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial adalah: tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. Berikut penjelasan dari masing-masing faktor dari rohaniah:
Ø  Intelegensi siswa
Pada umumnya intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainya. Tingkat kecerdasan atau intelegensi tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk sukses. Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi siwa maka makin kecil peluangnya untuk sukses.[2]
Ø  Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap obyek. Sikap siswa yang positif, terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan awal proses belajar yang baik. Sebaliknya jika sikap siswa negative, apabila diiringi dengan sikap kebencian terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan akan menimbulkan kesulitan belajar siswa.
Untuk mengatasi kemungkinan munculnya sikap negative siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi vaknya. Dalm hal bersikap positif terhadap mata pelajaranya , seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya.

Ø  Bakat siswa
Secara umum , bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (chaplin, 1972; Reber 1988). Dengan demikian, setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai anak yang berbakat.[3]
Ø  Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan ynag besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian untuk pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Ø  Motivasi siswa
Dalam perkembangannya motivasi dibedakan menjadi 2 macam yakni, motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya untuk kehidpan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertip sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterunya merupakan contoh-contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pembelajaran baik disekolah maupun dirumah.[4]

B. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yakni, faktor lingkingan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a.       Lingkungan Sosial
Lingkungan social sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar kampong siswa tersebut. Dilingkungan masyarakat yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
b.      Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memilki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan untuk sepakbola) misalnya, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas untuk dikunjungi. Kondisi kampong dan rumah seperti inilah yang jelas mempengaruhi belajar siswa.[5]
C. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep (mendalam atau intrinsik ) misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu. Oleh karena itu, gaya belajar yang serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa yang seperti ini lulus dengan nilai yang baik adalah penting, tapi yang lebih penting adalah memilki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya. sedangkan siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik)anatara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, cara belajar yang santai, asal hafal dan tidak mementingkan yang terlalu mendalam. [6]

           











BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Faktor internal (faktor dari dalam siswa ), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Meliputi: 1. Aspek fisio logis, Kondisi umum jasmaniah dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memepengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Aspek Psikologis, meliputi : tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2.      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
·         Lingkungan Sosial
Lingkungan social sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
·         Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3.      Faktor pendekatan belajar yakni, jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.



DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin, 2006, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda karya
M. Dalyono, 2009, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Syah, muhibbin, 2012, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ahmadi, supriyono, 2004, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta


[1] Syah, muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h 145-147
[2] Syah, muhbbin. Psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosada karya, 2006)

[3] Ahmadi, supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004)h, 82
[4] Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h 56-57
[5] Syah, muhibbin, psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h, 154-155
[6] Ibid, h, 156

MOTIVASI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti akan ditemukan peserta didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara peserta didik lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Beberapa pesrta didik tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi penyebab peserta didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah tanda bahwa peserta didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar.Sebagai seorang guru seharusnya selalu memberikan motivasi kepada peserta didiknya sehingga mereka selalu menunjukkan peningkatan dalam prestasinya.
Banyak bentuk motivasi yang bisa diberikan guru kepada peserta didiknya ketika di sekolah.Seperti memberi hadiah dan pujian. Motivasi tidak harus datang dari guru, akan tetapi yang paling utama adalah pemberian motivasi dari orang tua beserta keluarga.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian motivasi?
2.      Apa saja fungsi motivasi dalam belajar?
3.      Apa saja bentuk-bentuk motivasi dalam belajar?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian motivasi.
2.      Untuk mengetahui fungsi motivasi dalam belajar.
3.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi dalam belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi
Dalam psikologi, kita mengenal dua istilah yang sebenarnya mempunyai makna yang sama, yakni “motif” dan juga “motivasi”. Kata motif berasal dari bahasa Latin “movere”atau “motion”, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.Motif dapat berarti juga sebagai dorongan, rangsangan, atau pembangkit bagi terjadinya suatu perbuatan atau perilaku. Sedangkan motivasi merupakan istilah yang lebih umum digunakan, yang mencakup seluruh proses gerakan, mulai dari situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, serta tujuan atau akhir dari suatu tindakanatau perbuatan.[1]
Mc. Donald mengatakan bahwa, “motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”. Dapat diketahui bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan serta reaksi untuk mencapai tujuan.
Pada dasarnya, motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.Jika dikhususkan dalam dunia belajar, maka motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang agar seseorang tersebut menjadi lebih giat lagi untuk belajar dan memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.[2]

B.     Fungsi Motivasi dalam Belajar
Setiap motivasi berfungsi sebagai pendorong, penggerak, serta penyeleksi perbuatan. Ketiganya akan menyatu dalam sikap dan terimplikasi dalam pernuatan. Dorongan merupakan fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi peerbuatan yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, dorongan, penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.
Untuk lebih jelasnya, ketiga fungsi motivasi dalam belajar akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya peserta didik tidak mempunyai hasrat untuk belajar, akan tetapi ketika ada sesuatu yang dicari, muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang dicari tersebut dalam rangka memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu yang akan dipelajari. Ketidak tahuannya tersebut mendorong peserta didik untuk belajar dan mencari tahu. Dengan begitu, peserta didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong peserta didik kepada sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya dilakukan ketika belajar.
2.      Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terlihat dalam bentuk gerakan psikofisik.Di sini peserta didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang  cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
3.      Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus ia tinggalkan. Ketika peserta didik ingin mengetahui sesuatu dari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajari mata pelajaran tersebut. Informasi yang ingin diketahui peserta didik itu merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar tersebut akan berfungsi sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada peserta didik dalam belajar. Peserta didik akan berusaha untuk berkonsentrasi serta menghilangkan segala sesuatu yang mengganggu pikirannya untuk belajar, sehingga tujuannya dapat segera tercapai.[3]
Selain itu, RBS. Fudyartanto menjelaskan fungsi-fungsi motivasi sebagai berikut:
1.      Mengarahkan dan mengatur tingkah laku peserta didik
Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai pembimbing, pengarah, dan pengorientasi suatu tujuan tertentu dari individu.Tingkah laku seseorang dikatakan bermotif jika bergerak menuju arah tertentu.Sehingga suatu motif pasti memiliki tujuan tertentu yang mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak.
2.      Penyeleksi tingkah laku peserta didik
Motif yang dipunyai atau terdapat pada diri seseorangmembuat seseorang tersebut bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih dan diniatkan oleh orang tersebut.Atau dapat dikatakan bahwa motif dapat menghindarkan seseorang dari tingkah laku yang tidak berarah dalam mencapai tujuan yang dimaksud. Contohnya, seorang siswa yang ingin lulus ujian sekolah akan menyeleksi cara-cara yang tepat agar dia bisa lulus ujian dengan nilai yang baik. 
3.      Memberi energi dan menahan tingkah laku peserta didik
Motif diketahui sebagai daya dorong dan peningkat tenaga, sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme.Selain itu, motif juga berfungsi untuk mempertahankan perbuatan atau minat agar dapat berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama.Akan tetapi, energi psikis tetap tergantung pada besar kecilnya motif pada individu yang bersangkutan.Hebb mengatakan bahwa semakin besar motif pada individu, semakin efisien dan sempurna tingkah lakunya.[4]


C.    Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Dalam poses belajar mengajar motifasi dibagi menjadi dua, motifasi intrinsik dan motifasi ekstrinsik, kedua motifasi tersebut sangat diperlukan untuk mendorong anak didik agar rajin belajar. Motifasi ekstrinsik sangat dibutuhkan bila peserta didik kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu, peranan motifasi ekstrinsik sangat dibutuhkan oleh guru karena untuk mengetahui peserta didiknya dan membimbing ke arah yang lebih baik dalam belajar.Misalnya kenaikan pangkat dan prestasi.
Di dalam memberikan motivasi ekstrinsik harus mengetahui bagaimana konteks yang ada pada peserta didik tersebut. Jika guru membuat kesalahan dalam memberikan motifasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar anak didik, interaksi belajar kurang harmonis, tujuan pendidikan juga tidak akan tercapai dalam waktu relatif singkat Sangat diperlukan pemahaman yang jelas tentang gejala apa yang sedang dihadapi peserta didik sehingga gairah belajarnya menurun.[5]
Ada beberapa bentuk motifasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar peserta didik di kelas, diantaranya adalah:
1.      Memberi Angka
Angka yang  dimaksud dalam pembahasan ini adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktifitas yang dilakukan peserta didik. Angka tersebut bervariasi sesuai dengan hasil ulangan peserta didik.Angka tersebut merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mempertahankan atau bisa lebih meningkatkan prestasinya.Angka ini biasanya terdapat dalam buku rapor.
Angka yang baik mempunyai potensi yang besar terhadap peserta didik lebih giat belajar.Namun guru harus menyadari bahwa angka bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, karena hasil belajar tersebut menyenuh dalam aspek kognitif.Bisa saja nilai yang diberi itu bertentangan dengan afektif anak didik.Dan penilaian juga harus diarahkan pada aspek kepribadian anak didik.[6]
2.      Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah dapat dijadikan sebagai alat motifasi.Hadiah dapat diberikan kepada peserta didik yang berprestasi tinggi, seperti ketika dia rangking satu.Kepentingan lainya yaitu agar peserta didik dapat lebih meningkatkan belajarnya kembali dan mendapatkan hadiah seperti itu lagi pada ketika kenaikan kelas selanjutnya.[7]
3.      Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan dan dapat dilakukan sebagai alat motivasi untuk mendorong peserta didik  agar mereka bergairah belajar. Persaingan bisa dilakukan dalam bentuk individu maupun kelompok.Untuk menciptakan suasana yang demikian, metode memegang peranan penting. Guru bisa membentuk anak didik kedalam bentuk kelompok belajar dikelas, ketika pelajaran di kelas, peserta diberi kuis untuk peserta agar aktif dalam kompetisi itu dan guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan demikian peserta didik akan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Dan kondisi itulah yang diterapakan dalam pendidikan modern, yakni cara belajar siswa aktif (CBSA).[8]
4.      Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai bentuk motifasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebahagiaan dan harga diri.Begitu juga dengan peserta didik sebagai subjek belajar. Sehingga karena harga dirinya, seorang peserta didik akan belajar dengan keras.[9]
5.      Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motifasi bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Berbagai cara digunakan peserta didik untuk menguasai semua pelajaran yang akan diujikan nanti pada waktu ulangan. Oleh karena itu ulangan merupakaan strategi yang cukup baik untuk memotifasi anak didik agar lebih giat belajar.
6.      Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar peserta didik merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh peserta didik juga bisa dijadikan sebagai alat untuk memotifasi peserta didik agar bias lebih giat belajar sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik dari yang dulu. Pestasi belajar yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya.
7.      Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagi alat motifasi.Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motifasi yang baik. Guru bisa memberikan pujian yang baik terhadap pserta didik dalam keberhasilan mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil pekerjaan yang didapat peserta didik tersebut.[10]
8.      Hukuman
Meski Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila hukuman tersebut dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motifasi yang baik dan efektif. Sanksi berupa hukuman yang diberikan kepada anak didik yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat motifasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.Oleh karena itu, hukuman yang diberikan oleh guru kepada peserta didik harus dalam konteks mendidik, seperti memberikan hukuman berupa membersikan kelas, membuat resume atau ringkasan.
9.      Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan yang terjadi pada peserta didik, ada maksud tertentu. Hasrat untuk belajar bearti pada diri anak didik memang ada motiasi untuk belajar yang lebih, sehinga barang tentu hasilnya akan lebih dari pada peserta didik yang tak berhasrat untuk belajar. Disekolah banyak peserta didik yang yang berhasrat ingin mmengembangkan potensi diri yang dimilkinya, tetapi disekitar lingkunganya tidak mendukung sehinga peserta didik kurang kreatif, maka peserta didik tidak bisa mengembangkan bakat minatnya.[11]
10.  Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenag beberapa aktifitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas tersebut secara konsisten dengan tenang. Minat tidak hanya tidak diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partispasi aktif dalam kegiatan.[12]
11.  Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh peserta didik merupakan alat motifasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, akansangat berguna dan menguntungkan bagi peserta didik, sehingga menimbulkan gairah untuk terus semangat belajar.
Tujuan pengajaran yang akan dicapai sebaiknya diberikan oleh guru kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat memberikan alternative tentang tingkah laku mana yang harus diambil guna menunjang tercapainya rumusan tujuan pengajaran. Dengan begitu, perilaku peserta didik jelas dan terarah tanpa ada penyimpangan yang berarti.[13]



BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.      Kata motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” atau “motion”, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Pada dasarnya, motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang agar seseorang tersebut menjadi lebih giat lagi untuk belajar dan memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.
2.      RBS. Fudyartanto menjelaskan fungsi-fungsi motivasi sebagai berikut:
a.       Mengarahkan dan mengatur tingkah laku seseorang
b.      Penyeleksi tingkah laku seseorang
c.       Memberi energi dan menahan tingkah laku individu
3.      Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar diantaranya adalah:
a.       Memberi Angka
b.      Hadiah
c.       Kompetisi
d.      Ego-Involvement
e.       Memberi Ulangan
f.       Mengetahui Hasil
g.      Pujian
h.      Hukuman
i.        Hasrat untuk Belajar
j.        Minat
k.      Tujuan yang Diakui


DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, (2011).Psikologi Belajar, cet. 3, (Jakarta: Rineka Cipta).

Prawira, Purwa Atmaja, (2012).Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, cet. 1, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).

Sarwono, Sarlito W., (2013). Pengantar Psikologi Umum, cet. 5, (Jakarta: Rajawali Pers)


[1]Sarwono, Sarlito W., Pengantar Psikologi Umum, cet. 5, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 137.
[2]Prawira, Purwa Atmaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, cet. 1, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 320.
[3]Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, cet. 3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 156.
[4] Prawira, Purwa Atmaja..., hal. 320.
[5]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 158.
[6]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 159.
[7]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 160.
[8]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 161.
[9]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 163.
[10]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 164.
[11]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 165.
[12]Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 166.
[13] Djamarah, Syaiful Bahri…, hal. 168.