mouse

Multicursor - Busy

Sabtu, 20 Desember 2014

FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, sering ditemukan beberapa siswa yang mengalami hambatan belajar, sulit meraih prestasi di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bahkan ditambah belajar tambahan di rumah, tapi hasilnya tetap kurang memuaskan. Sehingga siswa terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Akibatnya, banyak siswa yang kesulitan belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar akan membuat dalam proses belajar mengajar tidak mencapai ketuntasan belajar.
Fenomena kesulitan belajar yang dialami siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi akademik atau prestasi belajarnya. Selain prestasi akademik, kesulitan belajar juga dapat dilihat dari perilakunya, diantarnya seperti pemalas, mudah putus asa dan lain sebagainya. Ada dua sumber utama yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar, yaitu berasal dari dirinya sendiri dan dari luar diri siswa.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari kesulitan belajar?
2.      Apa saja yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar?
3.      Bagaimana cara mengenal atau memahami anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
4.      Bagaimana usaha atau langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar?

C.      Tujuan penulisan
Untuk mengetahui tentang pengertian dari kesulitan belajar siswa berdasarkan faktornya, dan cara untuk memahami dan mengatasi anak didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian kesulitan belajar
Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia oleh anak didik untuk belajar. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar. Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, diantara mereka masih banyak yang mengalami kesulitan belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.[1]
Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasaa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk konsentrasi.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki inteligensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah (jauh dari yang diharapkan). Dan juga banyak anak didik dengan inteligensi yang rata-rata normal tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi melebihi kepandaian anak didik dengan inteligensi yang tinggi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.[2]
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a.       Ada yang berat
b.      Ada yang ringan
2.      Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
a.       Ada yang sebagian bidang studi
b.      Ada yang keseluruhan
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya
a.       Ada yang sifatnya menetap/permanen
b.      Ada yang hanya sementara
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a.       Ada yang karena faktor inteligensi
b.      Ada yang karena faktor non inteligensi
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar.[3]

B.       Faktor penyebab kesulitan belajar
Banyak para ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing:
1.      Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologi dan psikologi, antara lain:
a.       Rendahnya kapasitas/inteligensi anak didik (bersifat kognitif atau ranah cipta)
b.      Labilnya emosi dan sikap (bersifat afektif atau ranah rasa). Misalnya, anak yang sedih akan kacau pikirannya dan akan sulit untuk berkonsentrasi. Sedangkan, hubungan kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik.
c.       Terganggunya alat-alat indra (bersifat psikomotor) seperti buta, tuli, bisu, dan sebagainya.[4]
d.      Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Bisa juga mengalami pada anak yang kurang sehat sebab ia mudah capek, pusing dan daya konsentrasinya hilang sehingga pikirannya terganggu.
e.       Tidak adanya bakat yang sesuai dengan pelajaran tersebut.karena seseorang akan mudah mempelajari apa yang sesuai dengan bakatnya.
f.       Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakat, kebutuhan, dan sebagainya yang menimbulkan problem pada dirinya.
g.      Kurangnya motivasi seseorang, yang berfungsi sebagai faktor inner (batin) yang mendasari untuk balajar. Karena, semakin besar motivasi akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
h.      Tipe-tipe khusus belajar seorang anak yang bermacam, seperti: tipe visual (mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya), motoris (mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara), dan individu yang bersifat motorik (mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan, gerakan, dan sulit mempelajari yang berupa suara dan penglihatan.[5]

2.      Faktor ekstern (yang berasal dari luar)
Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa:[6]
a.    Faktor Orang Tua
Faktor keluarga : merupakan pusat pendidikan utama dan pertama. Tetapi juga bisa menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini adalah :
1)      Cara mendidik orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anaknya dan bimbingan orang tua yang salah akan menjadi penyebab kesulitan belajar. karena segala yang diperbuat orang tua tanpa didasari akan ditiru oleh anak-anaknya.[7]
2)      Hubungan orang tua dan anak yang kurang baik. Padahal factor ini sangat penting sekali dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan disini adalah kasih sayang penuh pengertian atau perhatian. Karena, dengan kasih sayang tersebut akan memberikan dan menimbulkan mental yang sehat bagi anak.[8]
3)      Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, yang mana orang tua akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya. Sehingga akan menimbulkan kurangnya alat belajar, dan juga tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
4)      Ekonomi keluarga yang berlebihan (berlimpah ruah), bisa menjadikan mereka segan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga karna terlalu dimanjakan oleh orang tuanya dan juga terlena dengan segala fasilitas yang ada.[9]

b.    Faktor Sekolah
Yang dimaksud sekolah antara lain :
1)      Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila: Guru tidak kualited, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, lebih-lebih kalau kurang persiapan, sehingga cara menerangkannya kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
2)      hubungan guru dan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya.  Sehingga menghambat perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dengan murid kurang baik.
3)      Alat-alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang kurang baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum.
4)      Kondisi gedung yang kurang memenuhi persyaratan, seperti : Ruangan yang tidak ada ventilasinya, dinding yang kotor, dan sebagainya yang menyebabkan ketidak nyamanan, dan juga keadaan gedung yang dekat dari tempat keramaian (pasar, pabrik, dll) sehingga menyulitkan konsentrasi dalam belajar.
5)      Waktu sekolah dan kurangnya kedisiplinan. Apabila sekolah masuk pagi, sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energinya sudah berkurang, disamping itu, fisiknya juga sudah meminta untuk istirahat, karna itu waktu yang paling optimal untuk belajar adalah pagi.[10]
6)      Factor media masa dan lingkungan sosial, meliputi : TV, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya. Hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugasnya untuk belajar.
c.     Faktor Lingkungan sosial
1)        Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan mereka.
2)        Corak kehidupan tetangga yang kurang baik. seperti suka main judi, minum arak, tidak suka belajar dan menganggur akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya, jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, akan mendorong semangat belajar anak.
3)        Aktivitas dalam masyarakat yang terlalu banyak berorganisasi akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. Dan dalam hal ini, diperlukan pengawasan dari orang tua agar kegiatan ekstra diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.[11]

C.      Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar, sehingga menampakan gejala-gejalayang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orang tua.
Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut.
1.         Menunjukkan prestasi yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2.         Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3.         Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda waktu.
4.          Anak didik menunjukkkan sikap kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
5.         Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawan sepermainannya.
6.         Anak didik yang tergolong memiliki IQ ringgi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataan mereka mendapatkan prestasi  yang rendah.
7.          Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.[12]
Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginter-pretasi  atau memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Atau bisa juga dengan cara lain, yaitu melakukan penyelidikan dengan cara:
a.         Observasi, adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala- gejala yang tampak pada diri objek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan
b.         Interview, adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain (guru, orang tua atau teman baiknya) yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidikki. Interview sebagai pendukung yang akurat dari kegiatan observasi. Keakuratan data lebih terjamin bila kegiatan observasi dilanjutkan dengan kegiatan interview.
c.         Dokumentasi, adalah suatu cara untuk mengatasi sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Teknik dokumentasi adalah suatu cara yang sering dipakai dalam upaya mencari faktor-faktor penyebab yang membuat anak didik mengalami kesulitan belajar. Diantara dokumen anak didik yang perlu dicari adalah yang berhubungan dengan: Riwayat hidup anak didik, Prestasi anak didik, Kempulan ulangan, Catatan kesehatan anak didik, Buku rapor anak didik, Buku catatan untuk semua mata pelajaran, dan sebagainya.
d.        Tes Diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi anak didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes ini biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai anak didik. [13]

D.      Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif dan efisien.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan dengan melalui enam tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, diagnostik, pragnosis, treatment, dan evaluasi.
1.         Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknik interview (wawancara) ataupun taknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data. Baik teknik observasi dan interview maupun dokumentasi, ketiganya saling melengkapi dalam rangka keakuratan data.
Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan data bisa melalui kegiatan sebagai berikut: Kunjungan rumah, Case study, Case history, Daftar pribadi, Meneliti pekerjaan anak, Meneliti tugas kelompok, Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.
Dalam pelaksanaannya, semua metode itu tidak meski digunakan bersama-sama, tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak kemungkinan yang dapat digunakan. Jika masalahnya sederhana, mungkin dengan satu metode sudah cukup untuk menemukan faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar anak.
Dan dalam pengumpulan data tidak perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya. Sebab setiap informasi yang diterima belum tentu data. Informasi yang simpang siur justru membingungkan. Oleh karenanya, yang betul adalah carilah banyak informasi melalui sumber yang tepat untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya. Sehingga data yang lengkap itu dapat diolah dengan cermat dan sebaik mungkin.[14]
2.         Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak aka nada artinya jika tidak diolah secara cermat. Factor-faktor penyebab kesulitan balajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang trkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan saksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: Identifikasi kasus, membandingkan antarkasus, Membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.
3.         Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
a.       Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b.      Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
c.       Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang menyakinkan itu sebaiknya minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahlian mereka masing-masing.[15]
4.         Pragnosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
Dalam penyunsunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyan dengan mengggunakan rumus 5W + 1H.
5.         Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah: Melalui bimbingan belajar individual, bimbingan belajar kelompok, remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu, bimbingan orang tua di rumah, Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis, mengenai cara belajar yang baik secara umum, dan juga mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
Ketepatan treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis. Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah lengkap dan pengolahan datanya dengan cermat, tetapi diagnosis yang diputuskan keliru, disebabkan kesalahan analisis, maka treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat.
Oleh karenanya, kecermatan dan ketelitian tingkat tinggi sangat dituntut dalam pengumpulan data, pengolahan data dan diagnosis, sehingga pada akhirnya treatment benar-benar menganai objek dan subjek persoalan.[16]
6.         Evaluasi
Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu dan dalam materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test. Bila jawaban anak sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu.
Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, program yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil tidak akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung pada treatment yang bias. Kemungkinan lain bisa juga terjadi. Datanya lengkap, pengolahan datanya dengan cermat dan teliti, akurasi diagnosis meyakinkan, dan prognosis dengan jelas dan sistematis, tetapi karena treatment yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar tidak sungguh-sungguh, terkesan asal-asalan, juga menjadi pangkal penyebab gagalnya usaha mengatasi kesulitan belajar anak.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, di sini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan evaluasi, di mana hasil prestasi belajar  anak didik masih rendah, di bawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoritis lengkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut: Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-evaluasi.
Bila treatment gagal harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar. Sebab satu masalah belum selesai, maka masalah lain masih menunggu untuk ditangani.[17]



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Pada tingkat pendidikan dasar berbagai kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung. Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang lain.
Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.

B.       Saran
Kesulitan siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk mengerti jenis masalah yang dihadapi oleh siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.


[1] Syaiful bahri djaramah,  Psikologi belajar (jakarta: rineka cipta, 2011), 233
[2] M. dalyono, psikologi pendidikan (jakarta: rineka cipta, 1997), 229
[3] Ibid., 230
[4] Syaiful bahri djaramah., Psikologi belajar (jakarta: rineka cipta, 2011), 235
[5] M. dalyono, psikologi pendidikan (jakarta: rineka cipta, 1997), 233
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar  (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 185
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 81
[8] Mustaqim, Psikologi Pendidikan  (Semarang: Fakulas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2001), 28
[9] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 85
[10] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan 1  (Jakarta: Erlangga, 2008),  234
[11] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 88
[12] M. dalyono, psikologi pendidikan (jakarta: rineka cipta, 1997), 248
[13] Syaiful bahri djaramah. Psikologi belajar. (jakarta: rineka cipta, 2011), 246
[14] M. dalyono, psikologi pendidikan (jakarta: rineka cipta, 1997), 252
[15] Ibid.
[16] Ibid., 254
[17] Ibid.